Seorang bayi mungil terlahir di sebuah rumah yang sangat sederhana. Desa itu begitu indah walau letaknya di Ujung sebuah bukit. Waktu malam tiba desa tersebut begitu gelap karena PLN belum bisa memberikan penerangan disana. Hanya bunyi jangkrik malam yang menemani dan sayup-sayup suara radio yang sedang menyiarkan acara lagu dan lawak daerah sedikit memberi warna dimalam itu. Nama bayi mungil itu adalah Sumaryono dan orang tuanya memanggil "Maryo" jangan tanyakan artinya karena itulah yang sampai saat ini belum ditemukan artinya. Bapak seorang supir angkutan yaaa... seorang supir kebetulan mbah buyut punya kendaraan dan bapak yang ditugaskan untuk membawanya, jadi sehari- hari bapak menyupiri mobil tersebut. Sehari-hari beliau mengangkut barang-barang dari warung-warung di desa kami dan membawanya ke Kota, dari merekalah bapak mendapatkan upah. Ibuku seorang ibu rumah tangga yang setiap hari merawatku dan mengurusi kebun kecil kami, beliau orang yang sangat baik dan hampir selama hidupku jarang sekali kami dengar kata-kata kasar dari mulut beliau. Rumah kami di kelilingi kebun dan banyak pohon disana jarak dengan tetangga cukup jauh tetangga paling dekat sekitar 200 meter lebih, rumah kami dibatasi oleh kebun masing-masing.
Ada seseorang yang sangat berjasa dirumah kami yaitu Kakek Kasnawi namanya beliau bukan saudara sedarah tapi banyak berjasa dalam keluarga (Ibaratnya pahlawan tanpa tanda jasa). Setiap hari beliau merawat kebun kami dan sering juga membantu pekerjaan dirumah mbah, beliau orang yang sangat baik waktu Ibu menikah dengan Bapak dan berpisah dengan Mbah beliau memilih membantu keluarga kecil ini dengan segala keterbatasan yang kami miliki.
Bersambung
Sebuah keniscayaan dalam hidup, apapun latar belakang anda tidak menjadi penghambat dalam mewarnai langkah-langkah kehidupan. Menjadi atau ingin menjadi sering kali harus melupakan latar belakang. Dan hal inilah yang menjadi dasar pemikiran penulis untuk berbagi pengalaman. Seorang anak gunung yang melangkah dan terus melangkah mencapai impian-impiannya.
07 Juni 2009
Antara ada dan tiada
Hari ini awal yang terindah karena saya bisa memulai pembelajaran dengan selalu belajar dan bertindak memberikan yang terbaik buat semua orang.Belajar itu adalah proses yang tiada akhirnya, kenikmatan dalam belajar dirasakan pada saat kita bisa membagikan apa yang kita pelajari dan kita lakukan kepada orang banyak. Belajar tanpa mau berbagi maka ilmu itu tidak akan bertahan lama dalam diri kita. Menjadi manusia pembelajar merupakan fitrah dan sebaiknya kita secara sadar melakukannya.
Langganan:
Postingan (Atom)